Rabu, 14 Mei 2014

Puisi

Secarik kertas untuk sang Ibunda…

Shabrina Manarul Firdaus


Angin bertiup kencang, Langit begitu cerah
Wajahmu begitu anggun
Dibaluti sehelai kapas yang di rajut menjadi kain, jilbab.

Hembusan nafasmu begitu hangat
Ketika kau memelukku erat tanpa ragu-ragu.

Kau tau, anakmu ini telah menjadi dewasa suatu saat
Dan akan meninggalkanmu suatu ketika.

Kasih sayangmu selalu terpatri di relung saraf otakmu
Tak tau apakah itu menjadi saksi bisu kerinduan yang mendalam
Ataukah keraguan melepas anakmu yang telah dewasa ini.


Ibundaku sayang,
Ini aku, anak perempuanmu yang sudah besar tapi belum bisa apa-apa.

Ibu,
Jika aku tak sepaham denganmu, bukan berarti aku tak sayang padamu. Aku hanya ingin kau memahami jalan pikiranku. Jika aku diam, bukan berarti aku menyembunyikan sesuatu dan tak ingin bicara padamu. Aku hanya tak ingin membuatmu khawatir. Jika aku membantah, bukan berarti aku tak menurut padamu. Aku hanya belum sanggup melakukan apa yang kau mau.

Ibu,
Maafkan aku. Maaf, karena diusiaku sekarang, aku belum bisa membahagiakanmu. Kadang aku merasa masa kecilku justru membuatmu lebih bahagia dengan nilai-nilai sekolahku yang menjulang. Tak seperti sekarang. Maaf, karena disaat kau terbaring sakit seperti sekarang ini, aku masih tak tau harus berbuat apa untuk mengurangi nyeri ditubuhmu. Maaf, karena memikirkan hidupku, kau jadi sering terbaring sakit.

Ibu,
Terima kasih, selalu membangunkanku pagi-pagi untuk berangkat sekolah, dulu. Terima kasih, atas segala cahayamu yang menerangi hari-hari gelapku. Terima kasih, untuk air susu yang tak pernah sepeserpun kau minta bayarannya dariku. Terima kasih, selalu menyiapkan bekal makan siangku sampai sekarang ini. Terima kasih, atas hidup yang kau warnai dengan caramu sendiri.

Ibu,

Terimakasih atas cinta tanpa syarat yang kau hadiahkan untuk hidupku.